BANDUNG – Institut Teknologi Bandung terus memacu inovasi dalam dunia pendidikan. Inisiatif kunci ini diwujudkan melalui Program Hibah Pendidikan ITB Tahun 2025, yang diselenggarakan oleh Direktorat Pengembangan Pendidikan. Program ini bertujuan utama mendorong lahirnya inovasi metode pengajaran, pengembangan teknologi pendidikan, serta penciptaan terobosan dalam proses dan infrastruktur pendidikan di lingkungan ITB, dengan menyediakan dukungan pendanaan yang strategis bagi dosen ITB untuk merealisasikan ide-ide tersebut.
Dosen Kelompok Keilmuan Fisika Teknologi Material Maju (FTMM) FMIPA ITB merupakan salah satu peserta program hibah ini. Mereka melaksanakan proyek inovasi sejak 1 Juli hingga 28 November 2025. Proyek ini secara khusus berfokus pada pengembangan alat peraga fisika yang praktis dan efektif, bertujuan untuk mengatasi minimnya minat siswa dan pandangan bahwa fisika adalah mata pelajaran yang sulit.
Implementasi Inovasi Melalui Workshop
Pengembangan inovasi pengajaran yang sukses ini kini disebarluaskan kepada masyarakat luas melalui kegiatan workshop. Keberhasilan program hibah ini terwujud dalam Workshop Inovasi Alat Peraga Fisika untuk tingkat SMP/SMA. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Kelompok Keilmuan FTMM FMIPA ITB berkolaborasi dengan Yayasan Pembina Masjid Salman ITB dan Rumah Amal Salman pada Sabtu, 1 November 2025. Workshop tersebut menjadi platform bagi dosen pemenang program hibah inovasi pembelajaran ITB untuk membagikan hasil inovasi mereka kepada masyarakat luas.
Acara dibuka oleh pembawa acara dan dilanjutkan dengan sambutan dari Bapak Mamat Arohman, selaku Manager Lembaga Pengembangan Pendidikan Salman ITB yang pada kesempatan tersebut mewakili Ketua LPP Salman ITB Bapak Jum’ah Halid, M.Si.. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan harapan agar kegiatan ini membawa manfaat luas bagi sekolah-sekolah, khususnya dalam peningkatan mutu dan inovasi pembelajaran fisika.
Sambutan oleh Bapak Mamat Arohman, Manager Lembaga Pengembangan Pendidikan Salman ITB
Sesi berikutnya diisi oleh Dr. Dhewa Edikresnha, B.Eng., M.Si., dosen sekaligus Ketua Humas FMIPA ITB. Dalam paparannya, beliau menekankan pentingnya inovasi dalam proses pembelajaran, khususnya melalui pengembangan alat peraga fisika. Menurutnya, inovasi tidak hanya berfungsi sebagai sarana penyampaian materi, tetapi juga sebagai wahana membangun daya pikir, rasa ingin tahu, dan kemampuan bernalar siswa.
Pemaparan informasi Fisika ITB oleh Dr. Dhewa Edikresnha, B.Eng., M.Si.
Dr. Dhewa juga menyoroti permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan fisika saat ini, di antaranya rendahnya minat siswa terhadap fisika dan anggapan bahwa fisika merupakan mata pelajaran yang sulit dan tidak relevan dengan kehidupan sehari-hari. “Tidak semua anak harus bisa fisika, tapi harapannya mereka sadar bahwa fisika memiliki peran penting bagi kemajuan bangsa,” ungkapnya. Dr. Dhewa menambahkan, penguasaan bidang STEM, terutama fisika menjadi kunci bagi kemajuan negara, sebagaimana terlihat pada pesatnya perkembangan teknologi di Amerika Serikat.
Selanjutnya, beliau memperkenalkan Program Studi Magister Pengajaran Fisika ITB, yang telah terakreditasi dan memiliki durasi studi dua tahun dengan batas maksimal empat tahun. Program ini memiliki kurikulum yang mencakup mata kuliah wajib dan pilihan, serta membuka peluang beasiswa bagi calon mahasiswa. Dr. Dhewa juga memperkenalkan program Magister Multidisiplin Pendidikan Sains 4.0, yang memadukan 70% pengajaran fisika dengan 30% fisika sains komputasi. Program tersebut dirancang fleksibel dan dapat diikuti secara hybrid maupun online, sehingga memungkinkan guru tetap aktif mengajar di sekolah sambil menempuh studi lanjut.
Setelah sesi tersebut, kegiatan dilanjutkan dengan sesi berbagi pengalaman belajar di Magister Pengajaran Fisika ITB oleh Ibu Jubaedah, S.Pd., yang saat ini telah menjadi guru. Beliau menceritakan pengalamannya selama menjalani perkuliahan di ITB, mulai dari sistem belajar yang menantang hingga manfaat yang diperoleh setelah lulus.
Berbagi pengalaman belajar magister pengajaran fisika oleh Ibu Jubaedah, S.Pd.
Menurutnya, keunggulan utama program ini terletak pada kurikulum yang relevan dengan kebutuhan dunia modern, serta kualitas dosen yang berkompeten dan tersertifikasi di bidangnya. Ia juga membagikan tantangan yang dihadapi, seperti dalam menghadapi lingkungan belajar yang kompetitif dan manajemen waktu di tengah kesibukan mengajar. Meski demikian, Ibu Jubaedah menilai pengalaman tersebut sangat berharga karena membuka prospek karier yang luas. Ibu Jubaedah menutup kesaksiannya dengan menyampaikan pesan motivatif kepada para peserta agar tidak ragu untuk melanjutkan pendidikan, karena manfaat yang diperoleh sepadan dengan usaha yang dijalani, tanpa memandang usia.
Usai sesi tersebut, kegiatan berlanjut ke pengenalan aplikasi dan instalasi Phyphox, yang dipandu oleh Dr. Muhammad Arief Mustajab Enha Maryono, S.Si., M.Si..
Phyphox (Physical Phone Experiments) merupakan aplikasi gratis yang dapat diunduh, dikembangkan oleh RWTH Aachen University, Jerman. Aplikasi ini memungkinkan pengguna melakukan berbagai eksperimen fisika dengan memanfaatkan sensor bawaan pada smartphone, seperti sensor gerak, cahaya, suara, posisi, serta lingkungan.
Penjelasan aplikasi Phyphox oleh Dr. Muhammad Arief Mustajab Enha Maryono, S.Si., M.Si.
Dalam pemaparannya, Dr. Muhammad Arief menjelaskan bahwa Phyphox mampu menampilkan hasil pengukuran dalam bentuk grafik dan memungkinkan ekspor data untuk analisis lebih lanjut. Aplikasi ini menjadi solusi inovatif atas keterbatasan alat laboratorium di sekolah, sekaligus menghadirkan pembelajaran fisika yang lebih interaktif.
Sesi berikutnya adalah hands-on praktikum yang terbagi menjadi empat meja eksperimen, yaitu:
- Mesin Atwood – dipandu oleh Eka Sentia Ayu Lestari, M.Si., dengan tujuan menganalisis hubungan antara selisih massa beban dan percepatan. Peserta mengukur percepatan sistem baik secara konvensional maupun dengan sensor pada smartphone.
- Elastisitas Pegas – dipandu oleh Angela Christa Octaviani, S.Si., menggunakan pegas sebagai alat utama untuk mengamati gerak osilasi. Kemudian digunakan aplikasi Phyphox untuk mengukur periode dan frekuensi getaran.
- Percepatan Sentripetal – dipandu oleh Kamila Munna, M.Si., menggunakan meja putar khusus untuk mengatur kecepatan sudut dengan bantuan motor. Smartphone yang diputar merekam data percepatan dan kecepatan sudut secara real-time melalui aplikasi Phyphox, sehingga peserta dapat menganalisis hubungan antar variabel.
- Pemuaian Panjang Logam – dipandu oleh Ibu Jubaedah, S.Pd. dan Dr. Muhammad Arief Mustajab, yang menampilkan eksperimen pemuaian sampel logam menggunakan sistem konduksi.
Para peserta tampak sangat antusias mengikuti setiap sesi praktik. Beberapa di antaranya bahkan berkesempatan mencoba langsung eksperimen dan mengamati hasil pengukuran. Setelah kegiatan praktik selesai, peserta diminta untuk mengisi kuesioner evaluasi guna memberikan umpan balik terhadap kegiatan workshop.
Sebagai penutup, Dr. Dhewa Edikresnha memberikan sambutan penutup yang menegaskan kembali pentingnya kolaborasi antara akademisi dan pendidik dalam mengembangkan inovasi pembelajaran fisika. Dr. Dhewa juga menyampaikan agar semangat berinovasi ini tidak berhenti pada satu acara saja, melainkan dapat terus berlanjut melalui kegiatan serupa yang rutin dilaksanakan di masa mendatang.
Dukungan pendanaan dari Ditbangdik ITB melalui Hibah Inovasi Pendidikan ini telah terbukti menjadi katalisator utama yang menjembatani inovasi akademis di ITB dengan kebutuhan praktis di lapangan, memastikan sumber daya ITB terus relevan dan berkontribusi signifikan pada kemajuan pendidikan.






